Implementasi
ARKL pada Industri (Arsen)
A.
PENDAHULUAN
Arsen (As) banyak digunakan di berbagai industri.
Diantaranya sebagai pengawet kayu maupun sebagai bahan pembuatan berbagai macam
di industri pertanian antara lain bahan pembuatan pestisida, insektisida,
herbisida, algasida, rodentisida, pupuk, dan sterilan tanah. Keberadaan Arsen
juga ada di industri pembuatan gelas, alat elektronik, industri makanan sebagai
bahan pembungkus makanan, industri tekstil sebagai pewarna baju, dan industri
logam sebagai campuran logam.2
Arsen digunakan oleh Pabrik semen PT. Semen Tonasa Pangkep yang terletak
Desa Biringere Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep dengan Luas Lokasi ± 275 Ha,
yang beropreasi dari tahun 1968. PT Semen Tonasa menggunakan batubara sejak
tahun 1999 sampai tahun 2012 dengan rentang waktu yang cukup lama (13 tahun)
maka lingkungan sekitarnya sudah dapat terpapar logam berat khususnya arsen,
yang merupakan salah satu logam berat yang terkandung dalam batubara.2
Penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Pangkejene
yang terletak di Kecamatan Bungoro sangat rentan terpapar oleh logam berat
dikarenakan pembuangan limbah penggunaan batubara ataupun dari limbah domestik
di lakukan di sungai ini, sungai pangkejene yang dijadikan tempat untuk
menangkap biota seperti ikan, kerang, kepiting dan udang yang dikonsumsi oleh warga
sekitar dapat mengancam kesehatan karena jika biota tersebut telah terpapar
arsen maka secara tidak langsung konsumsi biota yang dilakukan terus menerus
akan mengakumulasi arsen dalam tubuh.2
B.
IDENTIFIKASI
BAHAYA
1.
Sifat
Arsenik (Simbol : As)
·
Sifat Fisika3
a. Fase : padat
b. Titik
sublimasi : 887K
c. Kepadatan
: 5,79 cm-3 pada
14oC
d. Titik
kritis : 1673 K.76 kJ·mol-1
e. Kalor
peleburan : 24,44 kJ/mol
f. Kalor
penguapan : 43,76 kJ/mol
g. Kapasitas
kalor molar : 24,64 J/ (mol.K)
·
Sifat Kimia3
b. Nomor
atom :33
c. Massa
atom : 74,9216 g/mol
d. Elektromegatifitas
Menurut Pauling :
2
e. Titik
lebur : 814oC
(36 atm)
f. Titik
didih :
615oC (sublimasi)
g. Radius
vanderwaals : 0,139 nm
h. Radius
ionik : (-2) 0,222 nm;
(+3) 0,058;
(+5)
0,047
i.
Isotop :
8
j.
Energi Ionisasi Pertama : 947 kJ/mol
k. Energi
Ionisasi Kedua : 1798 kJ/mol
l.
Energi ionisasi Ketiga : 2736 kJ/mol
m. Potensial
standard : -0,3 V
(As3+ atau As)
·
Sifat lainnya3
a. Memiliki
tiga bentuk alotropik yang berwarna kuning, hitam, dan abu-abu
b. Berbentuk
stabil dan berwarna perak abu-abu
c. Bentuk
non logam arsen kurang reaktif tetapi akan larut jika dipanaskan dengan asam
basa kuat
d. Mudah
teroksidasi di udara dan pada suhu tinggi akan terbakar membentuk arsen
trioksida
2.
Sumber
Sumber-sumber Arsenik
dapat dilihat sebagai berikut2:
a) Alam
·
Batuan (Tanah) dan Sedimen
Sebagai mineral dengan
kadar Arsen tertinggi dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam,
perak, sulfida dari emas. Arsen dalam batuan dengan kadar terendah adalah
andesitas dan kadar tertinggi pada shales
dan clay (jenis batuan sedimen). Pada Batubara konsentrasi Arsen mulai dari
1,4-340 mg/kg tergantung tipe batuan nya. Tanah yang tidak terkontaminasi Arsen
mengandung Arsen 0,2-40 mg/kg.
·
Udara, Arsen dalam bentuk organik dan
organik
·
Air, terlarut dalam air dalam bentuk
organik dan organik.
Jenis Arsen organik
adalah asam metil arsenik dan arsen anorganik adalah arsenit dan arsenat.
·
Biota, ganggang laut dan rumput laut
mengandung Arsen dalam jumlah kecil
b) Industri
Batubara
yang mengandung logam arsen digunakan sebagai bahan bakar
utama dalam proses pembuatan semen di kiln. PT Semen Tonasa2
3.
Distribusi
ke Lingkungan
Distribusi Arsen ke
Lingkungan adalah sebagai berikut4:
a) Batuan
(Tanah) dan Sedimen
Arsen dapat mengalami
perpindahan di tanah yang terbawa oleh debu, hujan atau awan. Secara alami
Arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg berat kering, dalam tanah tidak
lebih dari 0,2-40 mg/kg.
b) Udara
Emisi gas berasal dari
emisi padat dari danau atau paparan langsung cerobong dari pembakaran. Pada
lokasi tercemar Arsen, kadar Arsen di udara ambien <1 gr/m4.
c) Air
Arsen dapat
terdistribusi melalui run off, langsung
dikeluarkan ke badan air di permukaan, dan air lindi yang mengandung Arsen
menuju ke lapisan air tanah. Kandungan Arsen pada air permukaan di lokasi
tercemar bervariasi yaitu berkisar 1 µg/L
d) Biota
(tanaman)
Tanaman dapat
mengandung logam berat melalui penyerapan akar (fotoekstraksi) tanaman dan mengakumulasi ke bagian-bagian tanaman
seperti akar, batang dan daun. Kandungan Arsen dalam tanaman yang tumbuh pada
tanah yang tidak tercemari pestisida bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat
kering.
Berikut adalah hasil penelitian distribusi arsen
pada lingkungan akibat keberadaan PT.
Semen Tonasa. Rata-rata konsentrasi arsen tertinggi terdapat pada sedimen
pada pengukuran minggu pertama di tiga titik (stasiun) yaitu 34,044 mg/kg, dan
terendah pada minggu ketiga atau terkhir pada tiga stasiun yaitu 0,419 mg/kg.
Dari hasil pengukuran konsentrasi arsen di sedimen tersebut melebihi nilai
ambang batas menurut National academy of Science sebesar 10 mg/kg.2
Rata-rata konsentrasi arsen tertinggi terdapat pada
air sungai pada pengukuran minggu pertama di tiga titik (stasiun) yaitu 0,086
mg/l, dan terendah pada minggu ketiga atau terakhir pada tiga stasiun yaitu
0,0063 mg/l. Dari hasil pengukuran konsentrasi arsen tersebut termasuk melebihi
nilai ambang batas menurut Standar Nasional Indonesia Tahun 2009 sebesar 0,05
mg/l.2
Konsentrasi
arsen pada biota yang dikonsumsi masyarakat Kecamatan Bungoro (Desa BiringEre
dan Taraweang) tertinggi pada biota kerang (Anadara sp) sebesar 1,703 mg/kg dan
pada ikan Clarias Batracus sebesar 1,1 mg/kg. Akan tetapi Anadara sp tidak
setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat kedua desa. Dari hasil tersebut juga
diatas bahwa terdapat dua biota konsumsi yang melebihi nilai ambang batas yang
telah ditentukan yaitu 1,0 mg/kg untuk hasil perikanan (SNI, 2009).2
4.
Rute
Paparan
Arsen
masuk kedalam tubuh melalui per oral dari makanan atau minu an yang
terkontaminasi Arsen, dan lewat pernafasan yang berasal dari debu atau asap,
dan kontak dengan kulit. Umumnya arsen (V)
terdapat pada permukaan air dan Arsen (III) ditemukan di sedimen danau
dalam atau air tanah.
a) Oral
Bahan
kimia dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dan masuk ke dalam
saluran pencernaan. Suatu toksikan dapat masuk rongga mulut melalui dua cara.
Pertama yaitu secara langsung. Hal ini dapat terjadi jika toksikan langsung
masuk ke dalam rongga mulut, misalnya melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi dengan toksikan atau secara tidak sengaja termakan suatu jenis
toksikan. Kedua yaitu secara tidak langsung atau disebut juga secara sistemik.
Hal ini terjadi dimana toksikan melalui kulit atau saluran napas masuk ke dalam
tubuh, diabsorpsi oleh darah, selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh termasuklah
ke daerah rongga mulut. Setelah itu menuju ke sistem pencernaan dan terjadi
peluang bagi bahan kimia untuk bereaksi dengan senyawa lain dan membentuk
kompleks dengan isi usus, misalnya logam. Sistim pencernaan mengeluarkan sekret
yang dapat mengurangi absorpsi, bahkan menambah enzim hidrolitik, tetapi di
lain pihak dapat meningkatkan sirkulasi entero-hepatik.
Sumber
pencemaran arsenik utama pada makanan adalah olahan hasil laut yaitu ikan dan
kerang. Penelitian yang telah dilakukan pada 100 responden di PT. Semen Tonasa , RQ pajanan 30 tahun
untuk konsumsi ikan didapatkan sebanyak 47 responden (47%) mempunyai nilai RQ ≤
1. Sedangkan 53 responden lainnya (53%) mempunyai nilai RQ > 1. Dengan
demikian, 47 responden dinyatakan aman dan 53 responden lainnya dinyatakan
berisiko terhadap efek non karsinogen dari pajanan arsen di Desa Biring Ere dan
Taraweang Kecamatan Bungoro.Dengan Nilai RQ pajanan 30 tahun terendah adalah
0,00008 dan tertinggi 3,70371.2
Terdapat
beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa tubuh memiliki mekanisme tertentu
untuk mengeluarkan kelebihan Arsen. Pada hari pertama, tubuh akan mengeluarkan
sekitar 28 persen arsen terserap melalui urin dan sekitar 2,5 persen melalui
feses. Hal ini akan berlangsung secara simultan selama kira-kira sepuluh hari.
Pada akhir hari kesepuluh, kandungan arsen di dalam tubuh akan mendekati 0
persen. Kandungan arsen rata-rata pada urin orang normal adalah 0,0-0,06
mg/liter.7
b) Kontak
dengan kulit (dermal)
Bahan
kimia dapat memasuki tubuh melalui kulit. Bahan kimia yang memasuki tubuh
secara dermal akan lebih mudah memasuki peredaran darah dibanding lewat mulut.7
c) Inhalasi
Yaitu masuknya Arsen lewat saluran pernapasan. Portal
entri ini akan memudahkan bahan kimia masuk ke peredaran darah karena tipisnya
dinding paru-paru (selapis sel alveoli) yang berhadapan dengan dinding kapiler
darah yang juga hanya terdiri atas selapis sel. Selain itu terdapat berbagai
faktor yang mempermudah masuknya bahan kimia ke dalam darah untuk berbagai
wujud bahan kimia, yakni, gas, dan/atau partikulat.
Penelitian konsentrasi Arsen pada daerah pedesaan
diperoleh 0,02-4 ng/m3 sedangkan pada daerah perkotaan konsentrasi
arsen 3-200 ng/m3 dan konsentrasi yang lebih tinggi terdapat pada
sumber industri ( >1000 ng/m3).9
5.
Chemical of Concern
Berdasarkan
UN Classification of Chemical Hazards,
Arsenic Trichloride termasuk Substansi Toksik Tinggi ( Highly Toxic Substances) UN 6.1 Grup 1
6.
Efek
terhadap Kesehatan
a) Keracunan
Akut
Pajanan
Arsen anorganik melalui alat pernafasan dalam dosis tinggi menyebabkan iritasi
tenggorokan dan paru. Gambaran klasik keracunan gas Arsen adanya masa laten 24
jam dilanjutkan adanya nyeri abdomen, hemolisis dan gagaL ginjal.
Gejala
berupa sakit kepala, pusing, malaise dan lemah mungkin merupakan gejala yang
muncul pertama kali. Gejala gastrointestinal berupa mual, muntah, nyeri
abdomen. Pajanan berlanjut menyebabkan konfusion, disorientasi dan gagal
jantung.
Pajanan
Arsen organik yang tertelan dalam dosis besar bisa menimbulkan gejala hebat
pada gastrointestinal setelah 30 (tiga puluh) menit hingga 2 (dua) jam. Gejala
yang terlihat antara lain: Mual akibat iritasi lambung, muntah, sakit perut,
diare dengan kotoran seperti air cucian beras (kadang berdarah), kolik abdomen,
mulut terasa kering dan berasa logam, napas berbau bawang putih, kerongkongan
terasa terbakar dan keluhan sulit menelan.
Dapat
terjadi sindrome paralitik akibat tertelan arsen yang cepat diserap dalam
jumlah besar seperti gelisah, sakit kepala kronis, pingsan, pening, mengigau,
somnolen, konvulsi, koma. Kematian dapat terjadi beberapa jam setelah terpajan.14
b) Keracunan
Kronik
Dosis rendah dalam
waktu lama bisa berpengaruh terhadap berbagai jenis jaringan tubuh dan berbagai
sistem tubuh. Beberapa akibat keracunan arsen kronik diantaranya:
·
Hiperkeratosis simetris pada tangan dan
telapak tangan, melanosis, depigmentasi, Bowen's disease, karsinoma pada sel
basal, dan karsinoma pada sel skuamosa.
·
Skin speckling , gambaran kulit seperti
tetes hujan pada jalan berdebu
·
Kerontokan rambut merupakan tanda
keracunan kronis
·
Kelainan kuku, garis Mees (garis putih melintang pada dasar
kuku) dan kuku jadi rapuh
·
Hati terjadi pembengkakan, penyakit
kuning, sirosis, nonsirosis portal hipertensi
·
Sistem saraf neuropati peripheral,
kehilangan pendengaran
·
Akrosianosis, Raynaud's Phenomenon.
·
Megaloblastosis
·
Kanker paru
·
Diabetes melitus, Goiter
·
Kanker kulit
·
Kanker kandung kemih
·
Menyebabkan kemandulan dan keguguran
Kandungan13
Prevalensi penyakit Diare dan infeksi usus yang diderita masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas Bungoro yang berada satu kecamatan dengan Industri Semen PT. Semen Tonasa dari
tahun 2007-2010 berturut-turut sebagai berikut; 1194 (6,63 %), 1091 (5,08%),
1062 (8,48%), dan 1099 (7,49%). Gejala yang terlihat jika seseorang keracunan
arsen menunjukkan tanda-tanda radang lambung dan usus yang parah, dimulai
dengan rasa terbakar di tenggorokan, sulit menelan dan sakit perut yang sangat
gejala ini diikuti rasa mual, muntah, hingga diare akut yang menyebabkan feces
bercampur dengan air dan lendir. 8
C.
KARAKTERISTIK
BAHAYA
1. Toksisitas Arsen
Toksisitas arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik),
valensinya, dan kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang
toksik. Arsen yang merupakan racun adalah senyawa arsen. Senyawa arsen
inorganik lebih bersifat toksik dibandingkan organik. Dan arsenik trivalen (As3+) lebih bersifat toksik dibanding arsenik
pentavalen (As5+). 14
Mekanisme
Toksisitas :
a.
Mempengaruhi
respirasi sel dengan cara berikatan dengan gugus sulfhidril (SH) pada
dihidrolipoat, sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan transfer
energi, terutama pada piruvate dehydrogenase, succinate oxidative pathway, dan
tricarbxylic acid (Krebs) cycle, yang menyebabkan berkurangnya produksi ATP
sehingga menimbulkan efek patologis yang reversibel. Efek toksik tersebut
reversible karena dapat dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3,
dimerkaptopropanol (dimercaprol, British Anti-Lewisite atau BAL) yang akan
berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus SH. Selain itu sebagian arsen
juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan oksidasi
fosforilasi dalam tubuh.
b.
Senyawa arsen
mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah, khususnya di dearah
splanknik dan menyebakan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas yang
patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena menyebabkan timbulnya petekie
subepikardial dan subendokardial yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek
lokal arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti,
stasis serta trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan.
2. Toksikologi
Arsen anorganik mempengaruhi
sumsum tulang dan mengubah komposisi sel darah. Evaluasi hematologis biasanya
terjadi anemia dengan leukimia ringan sampai moderat; eosinofilia bisa juga
dijumpai.
Arsen organik sangat toksik
terhadap hati dan menyebabkan infiltrasi lemak, nekrosis sentral dan sirosis
hepati. Dosis terapi obat tripanosoma, triparsamid, dapat menyebabkan kerusakan
hati ringan sampai berat. Kerusakan umumnya terjadi pada parenkim hati, tetapi
pada beberapa kasus gambaran klinis sangat mirip dengan obstruksi saluran
empedu. Kelainan utama berupa perikolangitis dan trombi empedu dalam saluran
empedu yang lebih kecil.14
Berikut toksikologi Arsen
berdasarkan jalur paparannya:
a.
Oral
Dosis kecil arsen anorgnaik,
terutama senyarwa trivalent menyebabkan hyperemia splanik. Transudasi kapiler
plasma, yang diakibatkan oleh dosis lebih besar menimbulkan vesikel pada mukosa
saluran cerna. Vesikel pecah dan epitel terlepas, plasma keluar ke lumen usus
dan mengental. Adanya kerusakan jaringan dan efek katartik akibat cairan yang
meningkat dari lumen usus menyebabkan peristaltis meningkat dan diare seperti
air cucian beras. Priliferasi epitek normal ditekan, sehingga meningkatkan
kerusakan. Akhirnya kerusakan pada saluran cerna mengakibatkan hematemesis dan
melena.
b.
Kontak
dengan kulit
Arsen bersifat vesikan
(menimbulkan vesikel) mengakibatkan nekrosis dan pengelupasan kulit. Arsen
anorganik dosis rendah yang termakan secara kronis menyebabkan vasodilatasi
kulit, hyperkeratosis, terutama pada telapak tangan dan tumit. Dan
hiperpigmentasi pada tubuh kaki dan tangan, akhirnya menyebabkan atropi,
degenerasi, dan mungkin kanker kulit. Erupsi kulit lazim pada pasien yang
mencakup yang menerima pengobatan arsen anorganik.
c. Inhalasi
Melalui inhalasi dapat mempengaruhi sistem saraf. Pajanan kronis terhadap arsen anorganik
bisa menyebabkan neuritis perifer. Pada kasus berat, medula spinalis bisa
terkena. Gejala neurologis mencakup sakit kepala berat, kantuk, bingung, demam,
kejang dan koma. Kelemahan otot juga terjadi pada kaki dan tangan, dan bula
pajanan berlanjut refleks tendon berkurang dan terjadi atrofi otot. Kelainan
serebral terutama karena gangguan vaskular pada substansia grisea dan alba
berupa fokus nekrosis hemoragi yang multiple dan simetris.
Apabila logam arsen (As)
ini berada dalam jangka waktu yang cukup lama dalam tubuh (long term exposure)
maka akan terakumulasi dalam target organ tubuh. Sehingga akan menimbulkan efek
gangguan kesehatan manusia. Akumulasi Arsen dalam tubuh manusia terdapat pada
ginjal, hati, empedu, jaringan keratin , sistem hemopoises, paru-paru, Peripheral
neuropathy dan otak.
3.
Baku
Mutu Internasional
a. Baku
Mutu Logam Berat As (Arsen) di Udara Ambien
European
Commision (AQS) dan AQS-Environment-European
0.006 µg/m3 selama satu tahun.11
b. Baku
Mutu Arsen dalam Air Minum
Menurut WHO konsentrasi Arsen dalam air minum adalah <10 µg.9
c. Baku
Mutu Arsen dalam Makanan
Menurut FSA (Food
Standards Agency) Eropa, beras maksimum mengandung 0,1 mg/kg Arsen.12
d. Baku
Mutu Arsen di air permukaan dan air tanah
Jepang (Menteri
Lingkungan) memiliki standard 10µ/g.13
4.
Reference
Dose
a.
Subkronik
·
Oral RfD: 0,0003
mg/kg/hari(U.S. EPA, 1992)
·
Uncertainty Factor: 3
·
NOAEL: 0,0008
mg/kg/hari berdasarkan studi
epidemiologi.
b. Kronik
·
Oral RfD: 0,0003
mg/kg/day (U.S. EPA, 1991a)
·
Uncertainty Factor: 3
·
Modifying Factor: 1
·
NOAEL: 0,0008
mg/kg/hari, studi epidemiologi
·
NOAEL rata-rata di
air minum adalah 0,009 mg/L dan konsumsi air setiap hari adalah 4,5 dan intake
arsen di makanan adalah 0,002 mg/kg.
·
LOAEL Arsen adalah 0,014
mg/kg/hari dengan munculnya hyperpigmentasi, keratosis, and komplikasi vaskular
berdasarkan 0,14 mg/L di air minum (4,5 L/hari) dan 0,002 mg/kg dalam makanan.14
Dengan demikian,
apabila seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi arsen
maka diperoleh Rfd (US-EPA) sebesar 0,000267 mg/kg (Modifying
Factor: 1, Uncertainty Factor: 3;NOAEL: 0,0008 mg/kg/hari). Rfd adalah jumlah
zat kimia yang memajani manusia setiap hari dalam waktu lama yang tidak
menimbulkan efek merugikan.
DAFTAR
PUSTAKA
2. Bahar
SN, Daud A, Kesehatan B, Fakultas L, Masyarakat K, Hasanuddin U. Pangkajene
Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep Risk Of Exposure To Arsenic In Society
Around Pangkajene River Subdistrict Bungoro At Pangkep Regency In South Alamat
Korespondensi : Jl . Kr . Bontotangnga No . 32 Talasalapng. Fkm Unhas.
2010;(32).
4. Istarani
F dan Pandebesie E. Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd) terhadap Penurunan
Kualitas Lingkungan.Jurnal Teknik Pomits.2014;3(1):D53-D58
5. ATSDR,
(2007). Toxicological Profile For Arsenic. Atlanta, US Depart- ment of Health
and Human Services: Public Health Services Agency For Toxic Subtances And
Disease Registry. http://www.atsdr.cdc. Di- akses, 5 Juli 2014.
6. Sundari,
Hananto dan Suharjo. Kandungan Logam Berat Dalam Bahan Pangan Di Kawasan
Industri Kilang Minyak, Dumai. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2016; 19
(1) : 55–61
7. Ishak,
Daud, dan Naiem. Risiko Logam Berat (Hg, Cd, As) Pada Sedimen Laut, Ikan, Dan
Kerang Terhadap Kesehatan Masyarakat Pesisir Makassar. Jst Kesehatan. 2014;
4(4): 370 – 376
8. Nurhayati.
Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang Bivalvia Yang Berasal Dari Laut Belawan
(Skripsi). 2009.Medan: FKM Universitas Sumatera Utara.
9. World
Health Organization. Arsenic in Drinking Water. 2011
10. Direktorat
Bina Kesehatan Kerja Dan Olahraga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Logam Berat. 2012. Jakarta: Direktur
Jenderal Bina Gizi Dan KIA
11. Muchtar,
et.al . Study Of Quality Standard Of
Heavy Metal In Ambient Air For Proposing Appendix Of Government Regulation
Pp41/1999 On Air Pollution Control. Ecolab. 2014; 8(1) : 1 – 52
12. European
Commission proposed maximum limits for arsenic in foods for infants and young
children. www.food.gov.uk
diakses pada 5 Oktober 2017
13. Wiley
and Sons. Regulation of Arsenic: A Brief Survey and Bibliography
14. Formal
Toxicity Summary for Arsenik. https://rais.ornl.gov/tox/profiles/arsenic.html#t34
diakses pada 10 Oktober 2017
Posting Komentar