Pegineta.blogspot.com
Sebelumnya, telah ada penelitian tentang kombinasi vitamin A dan Zinc untuk menurunkan angka kematian akibat TB. Hasil dari penelitian tersebut adalah terjadi penurunan yang sangat berarti pada kejadian TB. Sebab zink meningkatkan pertumbuhan tubuh dan meningkatkan kemampuan untuk merespon infeksi, dan vitamin A itu sendiri memainkan peranan penting dalam kekebalan respon dan diyakini berguna untuk perlawanan terhadap TB (K. Abba et al, 2008)
Zinc (Seng)
Tubuh mengandung 2-2,5 gram seng yang terbesar di hampir semua sel. Sebagian besar seng berada di dalam hati, pankreas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan ynag banyak mengandung seng adalah bagian-bagian mata, kelenjar prostat, spermatozid, kulit, rambut, dan kuku. Defisiensi seng pada TB resiten akan dapat berdampak pada sitesa protein dan menyebabkan penurunan jumlah T sel, sehingga peka terhadap infeksi dan waktu penyembuhan yang lama. Angka kecukupan seng yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 9,3—13,4 mg (AKG, 2004).
Zinc (Zn) merupakan mineral yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan sel dan berperan di dalam bekerjanya lebih dari 10 macam enzim. Berperan di dalam sintesa Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan protein. Zinc memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari dua ratus enzim, seng berperan dalam berbagai aspek metabolism, seperti reaksireaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat (Almatsier, 2004).
Apabila terjadi defisiensi zinc dapat menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Defisiensi zinc pada Tb akan dapat berdampak pada sintesa protein dan menyebabkan penurunan jumlah T sel, sehingga peka terhadap infeksi dan waktu penyembuhan yang lama (Shanker dan Prasad, 1998 dalam penelitian Nasution, 2004).
Kemudian Obat yang dikonsumsi pasien TB paru memberikan efek samping mual, muntah dan lemas sehingga asupan makanan pasien berkurang. Defisiensi seng dapat mempengaruhi sistem pertahanan tubuh dengan jalan yang beragam, antara lain penurunan fagositosis dan jumlah sirkulasi T sel dan mengurangi reaksi tuberkulin. Defisiensi seng juga mempengaruhi pembentukan imunitas didapat dengan cara mengganggu fungsi limfosit T dan B, dan produksi sitokin. Peran defisiensi seng dalam mengganggu imunitas akan lebih nyata bila resistensi penjamu sudah menurun pada saat infeksi.
Vitamin A
Vitamin A dan seng adalah zat gizi mikro berperan penting dalam fungsi sistem imunitas bawaan (Innate immunity) maupun perolehan (adaptive immunity) dan mempertahankan integritas sel mukosa, juga diperlukan dalam ekspresi gen di selular baik di level transkripsi maupun translasi. Untuk mobilisasi kedua zat gizi mikro memerlukan karier berupa protein transporter (retinol binding protein dan metallothionine atau albumin) untuk mengikat dan memindahkan ke jaringan target perifer. Pengukuran kadar vitamin A dan seng di serum lebih mencerminkan status di level transport bukan di level fungsi, sehingga meskipun vitamin A dalam sirkulasi darah tinggi, tetapi apabila sintesis reseptor di sel rendah maka uptake juga rendah (Suparman, 2011).
Vitamin A memiliki beberapa peran di antaranya sebagai immunoprotective melawan basil TB paru. Fungsi limfosit T sangat penting dalam hal ini, dimana dalam keadaan bahaya memiliki sifat fagostik. Namun kemampuan untuk membunuh kuman intrasel baru akan timbul jika dirangsang lebih lanjut oleh limfokin. Vitamin A memiliki peran di dalamnya yaitu sebagai immunocompetence yaitu mempertahankan limfosit yang menstimulasi imunitas nonspesifik seperti aktivasi makrofag. Vitamin A adalah salah satu immunomodulator yang dapat merupakan salah satu alternatif yang dapat ditambahkan dengan obat-obatan standar anti Tuberkulosis.

Sumber:
Pakasi,Trevin et al. 2010.  Zinc and vitamin A supplementation fails toreduce sputum conversion time in severely malnourished pulmonary tuberculosis patients in Indonesia(Online). Tersedia: http://www.nutritionj.com/content/9/1/41


Pegineta.blogspot.com
I.          PENDAHULUAN
Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Setiap hari manusia memerlukan makanan sebagai sumber energi untuk  melakukan kegiatan sehari-hari (Ernayati, 2003) . Makanan ditinjau dari perspektif bio-budaya gizi yang bersifat biologis dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi. Pemenuhan makanan tersebut sangat dipengaruhi sosial budaya seperti geografi, psikologi,agama, ekonomi, politik, dan sosial.
Studi tentang makanan dalam konteks budaya merujuk pada persoalan–persoalan praktis serta perilaku konkret masyarakatnya. Kepercayaan suatu masyarakat tentang makanan berakibat pada kebiasaaan (praktek) makan serta berakibat pula pada kondisi gizinya. Bagi antropologi kebiasaan makan sebagai sesuatu yang sangat kompleks karena menyangkut tentang cara memasak, suka dan tidak suka, serta adanya berbagai kepercayaan (religi), pantangan-pantangan dan persepsi mistis (tahayul) yang berkaitan dengan kategori makan seperti produksi, persiapan dan konsumsi makanan (Foster & Anderson:1986:313). Melalui fenomena itu, dan dalam perkembangannnya, kategori makan akan berhadapan dan berkaitan dengan kategori-kategori budaya lainnya seperti, kategori kehidupan bahasa, sosial, agama, kehidupan perekonomian, ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya. Peran makanan dalam kebudayaan merupakan kegiatan ekspresif yang memperkuat kembali hubungan –hubungan dengan kehidupan sosial, sanksi-sanksi,agama, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dengan berbagai dampaknya. Dengan kata lain, kebiasaan makan atau pola makan tidak hanya sekadar mengatasi tubuh manusia saja, melainkan dapat memainkan peranan penting dan mendasar terhadap ciri-ciri dan hakikat budaya makan.
Pada aspek budaya, unsur bahasa merupakan salah satu unsur yang berperan penting dalam makanan. Hubungan bahasa dengan makanan karena makanan dipastikan memiliki suatu nama yang khas dari berbagai daerah, misalnya gudeg untuk makanan khas Yogya dan burger dari luar negeri. Melalui sebutan nama pada makanan tersebut, hubungan makanan dan bahasa terjadi. Sebenarnya dengan penamaan itu, perasaan orang terbangkitkan dan beberapa keinginan juga menyertainya ketika melakukan tindakan tertentu (Meliono, 2004).
Terkait penamaan makanan, masyarakat Jawa mengenal makanan tradisional yang disebut dengan jajanan pasar. Makanan ini memang merupakan kelompok makanan ringan yang sangat beraneka ragam jenisnya, dapat berbentuk makanan kering, makanan basah, atau bahkan berupa minuman. Kelompok makanan tersebut berkembang secara tradisional yang pada zaman dahulu dijual di pasar-pasar yang sifatnya masih tradisional. Dalam era yang terbuka dan kompetitif seperti sekrang ini, kelompok makanan tersebut tampaknya dapat mempertahankan eksistensinya sebagai makanan yang menarik, dan bahkan mampu berkembang mendampingi makanan ringan asal negara lain yang dikenal sebagai roti-rotian. Keadaan tersebut dilihat dari kehadirannya pada toko-toko swalayan, munculnya sebagai hidangan dalam rapat-rapat, dan dihidangkannya pada berbagai pesta perhelatan yang penting, baik yang diadakan oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah maupun ke atas.

II. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh budaya terhadap jenis makanan kesukaan keluarga dan cara pembuatan makanan tersebut. Kemudian bagaimana nilai gizi yang terkandung di dalamnya. Serta bagaimana nilai sosial dari makanan kesukaan keluarga.

III. IDEOLOGI MAKANAN KELUARGA
3.1  Jenis Makanan Kesukaan Keluarga
Makanan kesukaan keluarga Pisang Goreng Raja
3.2  Bahan Makanan
Bahan-bahan yang diperlukan ntuk membuat 10 buah pisang goreng:
a.       10 Pisang Raja                                    h.  2 sdm gula pasir
b.      ½ sdt garam
c.       ½ sdt vanili
d.      200 gram tepung terigu
e.       Minyak goreng
f.       1 buah telur ayam
g.      150 ml air
3.3  Nilai gizi
Tabel 1. Kandungan gizi Pisang Raja per 70 gram
Zat gizi
Jumlah
Energi (kal)
120
Protein (g)
1,2
Lemak (g)
0,2
Karbohidrat (g)
31,8
Kalsium (mg)
10
Fosfor (mg)
22
Besi (mg)
0,8
Vit. A (mg)
139
Vit. C (mg)
10
Vit. B1 (mg)
0,06
Air (g)
65,8

Tabel 2. Kandungan gizi Tepung Terigu per 100 gram
Zat gizi
Jumlah
Energi (kal)
365
Protein (g)
8,9
Lemak (g)
1,3
Karbohidrat (g)
77,3
Kalsium (mg)
16,0
Fosfor (mg)
106
Besi (mg)
1,2
Vit. A (mg)
0
Vit. C (mg)
0
Vit. B1 (mg)
0,12
Air (g)
12


Tabel 2. Kandungan gizi Telur ayam per 100 gram
Zat gizi
Jumlah
Energi (kal)
162
Protein (g)
12,8
Lemak (g)
11,5
Karbohidrat (g)
0,7
Kalsium (mg)
54,0
Fosfor (mg)
180
Besi (mg)
2,7
Vit. A (mg)
309
Vit. C (mg)
0
Vit. B1 (mg)
0,10
Air (g)
74



Tabel 4. Kandungan gizi Minyak kelapa per 100 gram
Zat gizi
Jumlah
Energi (kal)
870
Protein (g)
1
Lemak (g)
98
Karbohidrat (g)
0
Kalsium (mg)
0
Fosfor (mg)
0
Besi (mg)
0
Vit. A (mg)
0
Vit. C (mg)
0
Vit. B1 (mg)
0
Air (g)
0

Sumber: Sibarani, 1985

3.4  Proses Memasak
a.       Membuat adonan dengan mencampurkan bahan-bahan kecuali pisang raja
b.      Kupas kulit pisang, kemudian dipotong berbentuk kipas
c.       Celupkan pisang ke dalam adonan yang sudah dibuat
d.      Goreng dengan minyak dan kompor gas sampai berwarna kuning kecoklatan, angkat dan tiriskan
e.       Pisang goreng siap disajikan

3.5  Nilai Sosial Makanan
Pisang goreng merupakan makanan tradisional Jawa yang tergolong makanan kecil untuk hidangan tamu. Makanan kecil disini memiliki fungsi domestik, yaitu untuk pengurangan rasa lapar, sebagai pengganti makanan utama, sebagai hiburan untuk teman santai(Haryono,1994).  
Di era sekarang , pisang goreng masih berjaya di tempat wisata tertentu misalnya di daerah Dalem Kaum Bandung yang banyak menjajakan pisang goreng simanalagi dengan harga terjangkau. Bahkan, pisang goreng  merupakan makanan prestise (food prestige) yang sering menjadi makanan andalan restaurant mulai dari harga yang terjangkau hingga relatif mahal (Mulyani, 2012).
Pisang memiliki fungsi ritual, yakni untuk melengkapi keperluan ritual (religius). Dalam upacara ritual masyarakat Jawa secara filosis berkaitan dengan keselamatan. Oleh sebab itu, masyarakat Jawa sering menyebut juga dengan selamatan (slametan). Slametan atau Kendurenan merupakan lambang kesatuan mistis dan sosial yang ikut atau berada di dalamnya, menjalin kerukunan antarwarga, mempererat persaudaraan, dan memupuk semangat kegotongroyongan (Greerzt, 1989:13). Slametan yang merupakan ritual masyarakat Jawa selalu dilengkapi dengan sesaji. Sesaji yaitu menyediakan sajian yang berupa makanan atau perlengkapan seperti bunga setaman dan lain-lain(Prawiraatmojo, 1989:188). Makanan tersebut termasuk makanan tradisional atau yang biasa disebut dengan jajanan pasar. Dimana terdapat pisang  yang melambangkan cita-cita manusia yang luhur, baik terutama berkaitan dengan kesejahteraan dunia (Wijotohardjo, 2000:15).

IV. PEMBAHASAN
Pisang goreng raja menjadi makanan favorit keluarga. Biasanya pisang goreng dibuat untuk sajian saat berkumpul bersama keluarga kecil maupun keluarga besar dan untuk hidangan tamu. Selain rasanya enak, cara pembuatan  pisang goreng sangatlah mudah.Terlebih sekarang ini banyak tepung bumbu pisang goreng yang ada di pasaran. Kebiasaan mengonsumsi pisang juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dimana warga di tempat saya tinggal sering menyajikan pisang goreng saat kegiatan syukuran atau slametan.
Pisang goreng raja merupakan makanan selera keluarga yang mudah dicerna karena sifatnya yang lembut dan memiliki banyak nutrisi. Pisang mengandung karbohidrat 31,8 gram sehingga tidak heran jika memakan pisang goreng akan merasa cukup kenyang. Ibu saya, sering mengonsumsi pisang goreng untuk mengganti makan siang saat sibuk bekerja di kantor. Kandungan serat pisang yang tinggi dapat memperlancar proses pencernaan tubuh. Kandungan Vitamin A pada buah ini cukup tinggi, yaitu 139 mg. Memakan pisang dapat membuat tubuh terasa segar dan tidak cepat lemas dengan kandungan vitaminnya yaitu A, C, dan B1 . Tidak hanya itu, pisang mengandung kalsium, fosfor, protein, lemak, dan air yang berguna bagi tubuh.
Terlalu sering mengonsumsi gorengan kurang baik bagi kesehatan. Kebiasaan ini dapat berpotensi terkena kanker dari minyak yang digunakan dan suhu penggorengan. Minyak yang sering digunakan sudah mengandung akrilamida, radikal bebas, dan asam lemak trans yang berbahaya bagi tubuh. Akrilamida merupakan zat pemicu kanker, radikal bebas adalah zat yang dapat merusak sel-sel tubuh, asam lemak trans yang dapat meningkatkan kolesterol jahat. Suhu minyak saat menggoreng yang baik adalah dengan api sedang, rata-rata 180-220­­­0 C. Semakin rendah suhunya, semakin sedikit akrilamida yang terbentuk demikian sebaliknya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Pisang goreng raja memiliki kandungan gizi yang cukup apabila diolah dengan cara yang benar. Diantaranya protein, lemak, karbohidrat, energi, kalsium, fosfor, besi, air, dan vitamin A, B1, C. Kebiasaan mengonsumsi pisang goreng di keluarga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal yang sering mengadakan syukuran (slametan). Makanan tersebut memiliki fungsi domestik sebagai pengganti makanan utama, fungsi ritual dimana pisang melambangkan cita-cita manusia yang luhur, fungsi prestise (food prestige) dimana pisang goreng dimodifikasi menjadi kuliner restaurant.

6.1  Saran
Mengonsumsi pisang goreng sebaiknya dengan menggoreng sendiri sehingga terhindar dari minyak bekas penggorengan dan dapat mengontrol suhu penggorengan. Unuk mengurangi kadar minyak pada pisang goreng, sebaiknya pisang goreng diletakkan pada kertas minyak sebelum dikonsumsi.


DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, Ambar. 2014. Jajanan Pasar Tradisional Masyarakat Jawa.Jurnal Sejarah dan Budaya, Vol.9, No.1 Juni 2014: 13-18.  www.kebudayaan.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/sites/37/2015/01/Jantra_Vol._9_No._1_Juni_2014.pdf   Diakses tgl 2 November 2015

Dewi, Trisna.2011.Kearifan Lokal Makanan Tradisional: Rekonstruksi Naskah Jawa dan Fungsinya dalam Masyarakat.Jurnal Mannasa, Vol.1, No.1

Haryono, T., 1994. Jajan Pasar dalam Persepsi Budaya Jawa. Yogyakarta: Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM

Meliono, Budiyanto. 2004. Dimensi Etis Terhadap Budaya Makan
Dan Dampaknya Pada Masyarakat. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 8, No. 2, Agustus 2004: 65-70. http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/90/86 Diakses tgl 2 November 2015

Mulyani, Irma. 2012. Bandung Heritage Culinary. Newsletter SBMITB Januari- Februari 2012. www.sbm.itb.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/newsletter-final-jan-indo.pdf Diakses tgl 2 November 2015
























Pegineta.blogspot.com


Kabut
Kabut adalah tetes air yang mengapung di udara, terbentuk di dalam udara dekat permukaan bumi melalui pendinginan udara oleh sentuhan dan percampuran atau melalui penjenuhan udara oleh penambahan kadar air.Jika udara dekat permukaan mencapai titik embun, maka kabut diperkirakan akan terjadi. jika suhu naik setelah kabut terjadi, maka diperkirakan kabut akan buyar. Ketebalan kabut tergantung pada berbagai faktor seperti kelembaban, suhu, angin, inti kondensasi dan lainnya.
Asap
Asap adalah suspensi partikel kecil di udara (aerosol) yang berasal dari pembakaran tak sempurna dari suatu bahan bakar. Asap umumnya merupakan produk samping yang tak diinginkan dari api (termasuk kompor dan lampu) serta pendiangan, tapi dapat juga digunakan untuk pembasmian hama (fumigasi), komunikasi (sinyal asap), pertahanan (layar asap, smoke-screen) atau penghirupan tembakau atau obat bius. Asap kadang digunakan sebagai agen pemberi rasa (flavoring agent) dan pengawet untuk berbagai bahan makanan.
Kabut asap ( asbut)
Asbut adalah kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan. Di bawah keadaan cuaca yang menghalang sirkulasi udara, asbut bisa menutupi suatu kawasan dalam waktu yang lama. Perkataan "asbut" adalah singkatan dari "asap" dan "kabut", walaupun pada perkembangan selanjutnya asbut tidak harus memiliki salah satu komponen kabut atau asap. Asbut juga sering dikaitkan dengan pencemaran udara. Asbut sendiri merupakan koloid jenis aerosol padat dan aerosol cair.
Contoh kasus pencemaran lintas batas yang hingga kini masih menjadi masalah masyarakat internasional adalah kabut asap akibat kebakaran hutan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan yang berdampak hingga kenegara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.


Syumanda, menyebutkan adanya 4 (empat) aspek yang terindentifikasi sebagai dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan adalah :
a.       dampak terhadap sosial,budaya dan ekonomi
b.      dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan
c.       dampak terhadap hubungan natar negara
d.      hubungan antara perhubungan dan pariwisata

Dampak bagi kesehatan
Menteri Kesehatan RI, menyatakan bahwa kebakaran hutan menimbulkan polutan udara yang dapat menyebabkan penyakit dan membahayakan kesehatan manusia. Berbagai pencemar udara yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan, misalnya : debu dengan ukuran partikel kecil (PM10 & PM2,5), gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan (ISPA) seperti sesak nafas, asma iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
Beberapa masalah mungkin dapat muncul langsung ketika sistem pernafasan atau bagian tubuh lainnya saat terpapar asap. Masalah tersebut disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementrian Kesehatan antara lain:
1.      Iritasi mata, hidung, tenggorokan, reaksi alergi, peradangan dan infeksi
2.      Memperburuk penyakit asma dan penyakit paru kronis lainnya
3.      Kemampuan kerja paru dalam menyuplai Oksigen kurang, mudah lelah dan sulit 
            bernafas4.      Bagi yang berusia lanjut, anak-anak, penderita sakit kronis, ibu hamil akan rentan 
             mengalami gangguan kesehatan5.      Kemampuan paru mengatasi infeksi berkurang sehingga rentan terkena penyakit
6.      Perburukan kondisi penyakit kronis sebelumnya
7.      Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) lebih mudah terjadi
 
Pengendalian kabut asap
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak asap bagi kesehatan yang juga disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementrian Kesehatan antara lain:
1.      Menghindari atay mengurangi aktivitas diluar rumah atau gedung terutama bagi yang 
       menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan     
2.      Menggunakan masker saat beraktivitas diluar rumah
3.      Disarankan untuk lebih banyak minum air putih
4.      Berperilaku Hidup Sehat seperti istirahat yang cukup, dsb
5.      Upayakan polusi udara luar tidak masuk ke dalam ruangan misalnya dengan  
       menggunakan gorden yang basah dan menutup ventilasi dengan kain.
6.      Melindungi tempat penampungan air minum dan tempat makanan
7.      Berhenti merokok
8.      Memperbanyak konsumsi buah atau sayur yang telah dicuci atau dimasak dengan baik
 

Sumber:

Agus Wahyuni,Cari Pawang Kabut Asap di Kalimantan Barat, http://www.borneotribune.com/sintang/cari-pawang-kabut-asap-di-kalimantan-barat.htmldiakses pada tanggal 21 Desember 2011
 
Pramudya Sunu, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan Iso 14001,(Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2001), hal.41