I. PENDAHULUAN
Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia.
Setiap hari manusia memerlukan makanan sebagai sumber energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari (Ernayati,
2003) . Makanan ditinjau dari perspektif bio-budaya gizi yang bersifat biologis
dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi. Pemenuhan makanan
tersebut sangat dipengaruhi sosial budaya seperti geografi, psikologi,agama, ekonomi, politik, dan
sosial.
Studi tentang
makanan dalam konteks budaya merujuk pada persoalan–persoalan praktis serta
perilaku konkret masyarakatnya. Kepercayaan suatu masyarakat tentang makanan
berakibat pada kebiasaaan (praktek) makan serta berakibat pula pada kondisi
gizinya. Bagi antropologi kebiasaan makan sebagai sesuatu yang sangat kompleks
karena menyangkut tentang cara memasak, suka dan tidak suka, serta adanya
berbagai kepercayaan (religi), pantangan-pantangan dan persepsi mistis
(tahayul) yang berkaitan dengan kategori makan seperti produksi, persiapan dan
konsumsi makanan (Foster & Anderson:1986:313). Melalui fenomena itu, dan
dalam perkembangannnya, kategori makan akan berhadapan dan berkaitan dengan kategori-kategori
budaya lainnya seperti, kategori kehidupan bahasa, sosial, agama, kehidupan perekonomian,
ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya. Peran makanan dalam kebudayaan
merupakan kegiatan ekspresif yang memperkuat kembali hubungan –hubungan dengan
kehidupan sosial, sanksi-sanksi,agama, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi
dengan berbagai dampaknya. Dengan kata lain, kebiasaan makan atau pola makan
tidak hanya sekadar mengatasi tubuh manusia saja, melainkan dapat memainkan peranan
penting dan mendasar terhadap ciri-ciri dan hakikat budaya makan.
Pada aspek budaya, unsur bahasa merupakan salah satu
unsur yang berperan penting dalam makanan. Hubungan bahasa dengan makanan
karena makanan dipastikan memiliki suatu nama yang khas dari berbagai daerah,
misalnya gudeg untuk makanan khas Yogya dan burger dari luar negeri. Melalui sebutan
nama pada makanan tersebut, hubungan makanan dan bahasa terjadi. Sebenarnya
dengan penamaan itu, perasaan orang terbangkitkan dan beberapa keinginan juga
menyertainya ketika melakukan tindakan tertentu (Meliono, 2004).
Terkait penamaan makanan, masyarakat Jawa mengenal
makanan tradisional yang disebut dengan jajanan
pasar. Makanan ini memang merupakan kelompok makanan ringan yang sangat
beraneka ragam jenisnya, dapat berbentuk makanan kering, makanan basah, atau
bahkan berupa minuman. Kelompok makanan tersebut berkembang secara tradisional
yang pada zaman dahulu dijual di pasar-pasar yang sifatnya masih tradisional. Dalam era yang terbuka dan kompetitif
seperti sekrang ini, kelompok makanan tersebut tampaknya dapat mempertahankan
eksistensinya sebagai makanan yang menarik, dan bahkan mampu berkembang
mendampingi makanan ringan asal negara lain yang dikenal sebagai roti-rotian.
Keadaan tersebut dilihat dari kehadirannya pada toko-toko swalayan, munculnya
sebagai hidangan dalam rapat-rapat, dan dihidangkannya pada berbagai pesta
perhelatan yang penting, baik yang diadakan oleh masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah maupun ke atas.
II.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh budaya terhadap jenis makanan
kesukaan keluarga dan cara pembuatan makanan tersebut. Kemudian bagaimana nilai
gizi yang terkandung di dalamnya. Serta bagaimana nilai sosial dari makanan
kesukaan keluarga.
III. IDEOLOGI MAKANAN KELUARGA
3.1 Jenis Makanan Kesukaan Keluarga
Makanan kesukaan keluarga Pisang Goreng
Raja
3.2 Bahan Makanan
Bahan-bahan yang diperlukan ntuk membuat
10 buah pisang goreng:
a. 10
Pisang Raja h.
2 sdm gula pasir
b. ½
sdt garam
c. ½
sdt vanili
d. 200
gram tepung terigu
e. Minyak
goreng
f. 1
buah telur ayam
g. 150
ml air
3.3 Nilai gizi
Tabel
1. Kandungan gizi Pisang Raja per 70 gram
Zat gizi
|
Jumlah
|
Energi
(kal)
|
120
|
Protein
(g)
|
1,2
|
Lemak
(g)
|
0,2
|
Karbohidrat
(g)
|
31,8
|
Kalsium
(mg)
|
10
|
Fosfor
(mg)
|
22
|
Besi
(mg)
|
0,8
|
Vit.
A (mg)
|
139
|
Vit.
C (mg)
|
10
|
Vit.
B1 (mg)
|
0,06
|
Air
(g)
|
65,8
|
Tabel
2. Kandungan gizi Tepung Terigu per 100 gram
Zat gizi
|
Jumlah
|
Energi
(kal)
|
365
|
Protein
(g)
|
8,9
|
Lemak
(g)
|
1,3
|
Karbohidrat
(g)
|
77,3
|
Kalsium
(mg)
|
16,0
|
Fosfor
(mg)
|
106
|
Besi
(mg)
|
1,2
|
Vit.
A (mg)
|
0
|
Vit.
C (mg)
|
0
|
Vit.
B1 (mg)
|
0,12
|
Air
(g)
|
12
|
Tabel
2. Kandungan gizi Telur ayam per 100 gram
Zat gizi
|
Jumlah
|
Energi
(kal)
|
162
|
Protein
(g)
|
12,8
|
Lemak
(g)
|
11,5
|
Karbohidrat
(g)
|
0,7
|
Kalsium
(mg)
|
54,0
|
Fosfor
(mg)
|
180
|
Besi
(mg)
|
2,7
|
Vit.
A (mg)
|
309
|
Vit.
C (mg)
|
0
|
Vit.
B1 (mg)
|
0,10
|
Air
(g)
|
74
|
Tabel
4. Kandungan gizi Minyak kelapa per 100 gram
Zat gizi
|
Jumlah
|
Energi
(kal)
|
870
|
Protein
(g)
|
1
|
Lemak
(g)
|
98
|
Karbohidrat
(g)
|
0
|
Kalsium
(mg)
|
0
|
Fosfor
(mg)
|
0
|
Besi
(mg)
|
0
|
Vit.
A (mg)
|
0
|
Vit.
C (mg)
|
0
|
Vit.
B1 (mg)
|
0
|
Air
(g)
|
0
|
Sumber:
Sibarani, 1985
3.4 Proses Memasak
a. Membuat
adonan dengan mencampurkan bahan-bahan kecuali pisang raja
b. Kupas
kulit pisang, kemudian dipotong berbentuk kipas
c. Celupkan
pisang ke dalam adonan yang sudah dibuat
d. Goreng
dengan minyak dan kompor gas sampai berwarna kuning kecoklatan, angkat dan
tiriskan
e. Pisang
goreng siap disajikan
3.5 Nilai Sosial Makanan
Pisang goreng
merupakan makanan tradisional Jawa yang tergolong makanan kecil untuk hidangan
tamu. Makanan kecil disini memiliki fungsi domestik, yaitu untuk pengurangan
rasa lapar, sebagai pengganti makanan utama, sebagai hiburan untuk teman santai(Haryono,1994).
Di era sekarang
, pisang goreng masih berjaya di tempat wisata tertentu misalnya di daerah
Dalem Kaum Bandung yang banyak menjajakan pisang goreng simanalagi dengan harga
terjangkau. Bahkan, pisang goreng merupakan makanan prestise (food prestige) yang sering menjadi makanan
andalan restaurant mulai dari harga yang terjangkau hingga relatif mahal (Mulyani,
2012).
Pisang memiliki
fungsi ritual, yakni untuk melengkapi keperluan ritual (religius). Dalam
upacara ritual masyarakat Jawa secara filosis berkaitan dengan keselamatan.
Oleh sebab itu, masyarakat Jawa sering menyebut juga dengan selamatan (slametan). Slametan atau Kendurenan merupakan
lambang kesatuan mistis dan sosial yang ikut atau berada di dalamnya, menjalin
kerukunan antarwarga, mempererat persaudaraan, dan memupuk semangat
kegotongroyongan (Greerzt, 1989:13). Slametan
yang merupakan ritual masyarakat Jawa selalu dilengkapi dengan sesaji. Sesaji yaitu menyediakan sajian yang
berupa makanan atau perlengkapan seperti bunga setaman dan
lain-lain(Prawiraatmojo, 1989:188). Makanan tersebut termasuk makanan
tradisional atau yang biasa disebut dengan jajanan pasar. Dimana
terdapat pisang yang melambangkan cita-cita manusia yang
luhur, baik terutama berkaitan dengan kesejahteraan dunia (Wijotohardjo,
2000:15).
IV. PEMBAHASAN
Pisang goreng raja
menjadi makanan favorit keluarga. Biasanya pisang goreng dibuat untuk sajian
saat berkumpul bersama keluarga kecil maupun keluarga besar dan untuk hidangan
tamu. Selain rasanya enak, cara pembuatan
pisang goreng sangatlah mudah.Terlebih sekarang ini banyak tepung bumbu
pisang goreng yang ada di pasaran. Kebiasaan mengonsumsi pisang juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dimana warga di tempat saya tinggal sering
menyajikan pisang goreng saat kegiatan syukuran atau slametan.
Pisang goreng raja
merupakan makanan selera keluarga yang mudah dicerna karena sifatnya yang
lembut dan memiliki banyak nutrisi. Pisang mengandung karbohidrat 31,8 gram
sehingga tidak heran jika memakan pisang goreng akan merasa cukup kenyang. Ibu
saya, sering mengonsumsi pisang goreng untuk mengganti makan siang saat sibuk
bekerja di kantor. Kandungan serat pisang yang tinggi dapat memperlancar proses
pencernaan tubuh. Kandungan Vitamin A pada buah ini cukup tinggi, yaitu 139 mg.
Memakan pisang dapat membuat tubuh terasa segar dan tidak cepat lemas dengan
kandungan vitaminnya yaitu A, C, dan B1 . Tidak hanya itu, pisang
mengandung kalsium, fosfor, protein, lemak, dan air yang berguna bagi tubuh.
Terlalu sering
mengonsumsi gorengan kurang baik bagi kesehatan. Kebiasaan ini dapat berpotensi
terkena kanker dari minyak yang digunakan dan suhu penggorengan. Minyak yang
sering digunakan sudah mengandung akrilamida, radikal bebas, dan asam lemak
trans yang berbahaya bagi tubuh. Akrilamida merupakan zat pemicu kanker,
radikal bebas adalah zat yang dapat merusak sel-sel tubuh, asam lemak trans
yang dapat meningkatkan kolesterol jahat. Suhu minyak saat menggoreng yang baik
adalah dengan api sedang, rata-rata 180-2200 C. Semakin rendah
suhunya, semakin sedikit akrilamida yang terbentuk demikian sebaliknya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pisang goreng
raja memiliki kandungan gizi yang cukup apabila diolah dengan cara yang benar.
Diantaranya protein, lemak, karbohidrat, energi, kalsium, fosfor, besi, air,
dan vitamin A, B1, C. Kebiasaan mengonsumsi pisang goreng di
keluarga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal yang sering mengadakan
syukuran (slametan). Makanan tersebut
memiliki fungsi domestik sebagai pengganti makanan utama, fungsi ritual dimana
pisang melambangkan cita-cita manusia yang luhur, fungsi prestise (food prestige) dimana pisang goreng
dimodifikasi menjadi kuliner restaurant.
6.1 Saran
Mengonsumsi
pisang goreng sebaiknya dengan menggoreng sendiri sehingga terhindar dari
minyak bekas penggorengan dan dapat mengontrol suhu penggorengan. Unuk
mengurangi kadar minyak pada pisang goreng, sebaiknya pisang goreng diletakkan
pada kertas minyak sebelum dikonsumsi.
DAFTAR
PUSTAKA
Adrianto, Ambar.
2014. Jajanan Pasar Tradisional
Masyarakat Jawa.Jurnal Sejarah dan Budaya, Vol.9, No.1 Juni 2014:
13-18. www.kebudayaan.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/sites/37/2015/01/Jantra_Vol._9_No._1_Juni_2014.pdf Diakses tgl 2 November 2015
Dewi, Trisna.2011.Kearifan Lokal Makanan
Tradisional: Rekonstruksi Naskah Jawa dan Fungsinya dalam Masyarakat.Jurnal
Mannasa, Vol.1, No.1
Haryono,
T., 1994. Jajan Pasar dalam Persepsi Budaya Jawa. Yogyakarta: Fakultas
Sastra dan Kebudayaan UGM
Meliono,
Budiyanto. 2004. Dimensi Etis Terhadap Budaya Makan
Dan Dampaknya Pada Masyarakat. Makara, Sosial Humaniora, Vol. 8, No. 2, Agustus
2004: 65-70.
http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/90/86 Diakses tgl 2
November 2015
Mulyani, Irma. 2012. Bandung
Heritage Culinary. Newsletter SBMITB Januari- Februari 2012. www.sbm.itb.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/newsletter-final-jan-indo.pdf Diakses tgl 2
November 2015
Posting Komentar